Angayasti’s Blog

Seni Grafis Indonesia

Posted on: April 8, 2009

Jerman merupakan tempat kelahiran seni grafis modern dan sejarahnya mempunyai ciri fungsi ganda, yaitu sebagai alat desain bebas di satu sisi dan di sisi lain sebagai alat reproduksi. Teknik-teknik cetakan gambar, yakni memperbanyak garis dan bidang permukaan, bisa ditelusuri sampai masa sebelum adanya perkembangan manusia. Namun fakta yang penting bagi seni grafis modern bukanlah tekniknya, melainkan cetakan di atas kertas (Christian Burchard, Goethe-Institute, Online-Redaction 2003).

Pada perkembanganya seni grafis itu berubah menjadi dua arah, yaitu terapan dan murni. Seni grafis terapan dikenal sebagai desain grafis sebagai contoh, dunia iklan, poster, kemasan dan lain-lain. Sementara seni grafis murni tetap berjalan sebagai kegiatan ekspresi diri melalui bidang percetakan.

Seni grafis merupakan cabang seni rupa dimana kegiatannya adalah memperbanyak gambar yang didahului dengan proses kreatif di atas kertas. Serupa dengan pernyataan Isa Gaenzken di Jerman, perkembangan grafis di Indonesia hampir serupa, malah cabang seni ini kurang dikenal karena tenggelam oleh keberadaan seni murni lainnya.

<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:”Cambria Math”; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-language:EN-US;} a:link, span.MsoHyperlink {mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; font-family:”Times New Roman”,”serif”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:purple; mso-themecolor:followedhyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:36.0pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-language:EN-US;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:0cm; margin-left:36.0pt; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-language:EN-US;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:0cm; margin-left:36.0pt; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-language:EN-US;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:36.0pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-hansi-font-family:Calibri;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;}

Seni grafis adalah cabang dari seni rupa murni yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya terdapat di atas kertas. Bangsa Yunani memberi etimologi graphein, yang berarti menulis atau menggambar. Seni grafis merupakan perubahan gambar bebas karya perupa menjadi cetakan melalui proses manual dan menggunakan material tertentu dengan tujuan memperbanyak karya dalam jumlah tertentu. Karena sifatnya yang menggandakan itu, nilai kepemilikan tunggalnya menjadi masalah bagi kolektor seni sehingga kalah populer dengan karya lukis. Meski dari segi artistik karya grafis tidak kalah hebat, konotasi itu membuat seni grafis ke wilayah yang kurang dikenal. Namun seni grafis Indonesa mulai dikenal dengan beberapa seniman-seniman grafis yang melakukan pameran-pameran. Di Indonesia banyak seniman grafis yang sudah menghasilkan karyanya, bahkan sebagian sudah dikompetisikan di tingkat internasioal. Karya seni grafis bisa dijadikan lahan untuk berkarya karena seni grafis lebih mengutamakan ekspresi dan kreatifitas.

Perjalanan seni grafis di Indonesia sering kali dilihat sebagai perjalanan praktek seni rupa “pinggiran”, yang tertinggal jauh di belakang perkembangan seni lukis dan patung yang sudah umum diterima sebagai wujud seni rupa yang paling “tulen”. Situasi ini belum juga berubah sampai di penghujung abad ke-20 yang baru lampau (Supriyanto, Setengah Abad Seni Grafis Indonesia, 2000: 17).

Seni grafis Indonesia merupakan hasil adopsi dari perkembangan dan pertumbuhan seni rupa Eropa (etching dan lithography) serta China dan Jepang (lino/cukil karet). Kebudayaan Indonesia boleh jadi tidak mengenal seni cetak di atas kertas sehingga harus mengadopsinya dari negara-negara tersebut (Nuning Yanti Damayanti, Pikiran Rakyat 2000).

Perintis seni grafis Indonesia adalah perupa Mochtar Apin dari Bandung dan Baharoedin Marasutan dari Jakarta, dimulai dengan cetak woodcut (cukil kayu) pada Agustus 1946. Karya mereka dikirim ke berbagai negara sebagai bagian dari diplomasi budaya, dan menyebarluaskan berita bahwa negara Indonesia telah merdeka.

Walaupun karya seni grafis ini berjumlah banyak (lebih dari satu), secara konvensi tiap lembar edisinya diakui sebagai karya seni murni. Karena faktor pengerjaan yang membutuhkan waktu lama dari peralatan cetak yang sederhana, jumlah edisi karya grafis murni biasanya terbatas. Untuk mempertegas keaslian karya biasanya dengan menggunakan pensil, seniman memberikan catatan di luar gambar, biasanya terdapat dibawah gambar berupa urutan edisi cetaknya, judul karya, tahun pembuatan, teknik yang dipakai dan nama pembuatnya.

Proses dalam seni grafis diklasifikasikan menjadi empat proses dasar, yaitu cetak tinggi (relief print), cetak dalam (intaglio), cetak datar (planography), dan cetak saring (screenprinting).

Prinsip pengerjaan seni grafis terbagi menjadi empat proses, yaitu:

1. Cetak Tinggi (relief print) adalah proses cetak di mana bagian yang menjadi image berada pada permukaan yang tidak ditoreh atau dicukil. Tintanya hanya akan mengenai bidang-bidang permukaan atas tadi. Sementara bagian yang ditoreh tidak terkena tinta. Plat cetak antara lain terbuat dari papan kayu, plat karet, plat logam meliputi: cukil kayu (woodcut), cukil karet (linocut) dan cukil logam (metalcut). Contohnya terdapat dalam stempel dan cap motif untuk kain.

  1. Cetak Dalam (intaglio) adalah proses cetak di mana bagian image berada pada celah yang ditoreh. Tintanya hanya akan mengenai pada celah atau parit tersebut. Plat cetak antara lain terbuat dari tembaga, kuningan atau besi. Teknik-tekniknya meliputi: engraving, etching, mezzotint, aquatint, dan drypoint. Contohnya terdapat dalam uang kertas.
  2. Cetak Datar (planography) adalah proses cetak di mana plat cetaknya relatif rata, proses kerjanya berdasarkan prinsip tolak-menolak antara air dan minyak. Bagian image terletak pada bagian yang berlemak dan non image pada bagian yang mengandung air. Teknik ini hanya meliputi: lithography dan cetak offset.
  3. Cetak Saring (screenprinting) adalah proses cetak di mana tinta (image) hanya melewati bagian berlubang pada screen yang terbuat dari kain. Contohnya terdapat dalam sablon yang terdapat dalam topi, baju, gelas, dan lainnya.

(bersambung…)

Tinggalkan komentar


  • Tidak ada
  • Mr WordPress: Hi, this is a comment.To delete a comment, just log in, and view the posts' comments, there you will have the option to edit or delete them.

Kategori

Arsip